Umroh Sumbawa Bersama Fitour International

Bagi banyak muslim di Indonesia, terutama di Nusa Tenggara Barat, pergi ke Tanah Suci adalah impian yang selalu tersimpan di hati. Saya masih ingat betul bagaimana setiap kali ada kabar keberangkatan jamaah umroh dari Sumbawa, suasananya selalu penuh haru sekaligus bahagia. Keluarga mengantar dengan doa, tetangga ikut melepas, dan jamaah berangkat dengan wajah berseri-seri, seakan beban hidup terasa ringan ketika mereka melangkah menuju perjalanan suci itu.

Lombok memang lebih dulu dikenal sebagai salah satu pintu utama keberangkatan umroh di NTB. Tapi belakangan, jamaah dari Sumbawa juga semakin banyak yang berangkat. Hal ini tidak lepas dari semakin mudahnya akses transportasi, informasi, dan tentu saja kepercayaan terhadap penyelenggara perjalanan yang amanah.

Saya sendiri pernah menyaksikan langsung bagaimana teman dekat saya dari Sumbawa menceritakan pengalamannya. Katanya, ada rasa bangga sekaligus haru bisa berangkat dari kampung halaman sendiri, lalu akhirnya sampai ke Mekkah untuk menunaikan ibadah umroh. Ceritanya itu melekat di benak saya, seolah saya ikut merasakan setiap langkahnya.

Perjalanan Spiritual yang Membekas

Umroh bukan sekadar perjalanan fisik dari Sumbawa ke Tanah Suci, melainkan sebuah perjalanan hati. Setiap orang punya alasan masing-masing, entah ingin memperbaiki diri, ingin menghadiahkan doa untuk orang tua, atau sekadar memenuhi kerinduan pada Ka’bah. Saya percaya, siapa pun yang berangkat pasti pulang dengan hati yang berbeda.

Saya masih ingat cerita seorang jamaah tua yang duduk di samping saya saat penerbangan menuju Madinah. Beliau bercerita dengan suara bergetar bahwa sejak muda selalu menabung sedikit demi sedikit. “Saya tidak ingin mati sebelum menginjakkan kaki di Masjidil Haram,” katanya. Mendengar itu, saya jadi sadar betapa dalamnya arti perjalanan ini bagi sebagian orang.

Di sana, di antara lautan manusia yang sama-sama melantunkan doa, semua perbedaan hilang. Tidak ada lagi sekat status sosial, pekerjaan, atau asal daerah. Yang ada hanya manusia dengan hati yang tunduk pada Sang Pencipta. Momen seperti itu membuat saya yakin bahwa perjalanan umroh bukan sekadar wisata religi, tapi benar-benar ibadah yang penuh makna.

Sumbawa dan Tradisi Keberangkatan Umroh

Di Sumbawa, keberangkatan umroh seringkali menjadi momen penting bagi keluarga besar. Banyak yang mengadakan acara syukuran sebelum berangkat, mengundang tetangga, kerabat, dan tokoh agama. Ada yang menyembelih kambing, ada juga yang cukup mengadakan doa bersama di rumah. Semua dilakukan dengan harapan perjalanan umroh berjalan lancar dan penuh berkah.

Saya pernah menghadiri salah satu acara pelepasan itu. Suasananya penuh kekeluargaan. Orang-orang datang memberi doa, memberi pelukan, bahkan menitip doa agar disampaikan di depan Ka’bah. Dari situ terlihat jelas bahwa keberangkatan umroh bukan hanya perjalanan pribadi, tapi juga membawa harapan banyak orang di sekitarnya.

Banyak jamaah dari Sumbawa kini memilih keberangkatan melalui Lombok karena lebih praktis. Apalagi ada layanan yang memudahkan jamaah dari Sumbawa untuk langsung terhubung dengan penyelenggara yang sudah berpengalaman. Salah satunya adalah paket umroh Lombok yang bisa diakses juga oleh jamaah Sumbawa, sehingga perjalanan jadi lebih mudah tanpa harus bingung mengurus banyak hal sendiri. Dengan begitu, jamaah bisa lebih fokus pada persiapan hati dan mental.

Kenyamanan dan Kepercayaan Jadi Prioritas

Bagi jamaah dari Sumbawa, memilih travel umroh yang terpercaya adalah hal utama. Tidak hanya soal fasilitas, tapi juga soal kepercayaan. Karena perjalanan ini melibatkan ibadah yang sakral, wajar kalau banyak yang benar-benar selektif.

Fitour International hadir dengan pengalaman panjang dalam memberangkatkan jamaah dari NTB. Banyak testimoni yang menunjukkan betapa profesionalnya layanan mereka. Dari keberangkatan, pendampingan ibadah, hingga kepulangan, semua diatur dengan detail.

Saya pernah berbincang dengan seorang jamaah yang pulang umroh bersama Fitour. Katanya, yang membuat hatinya tenang adalah keberadaan mutawif atau pembimbing ibadah yang selalu siap membantu. Mulai dari cara memakai ihram dengan benar, urutan ibadah, hingga doa-doa yang dibimbing dengan sabar. Hal ini membuat jamaah merasa tidak sendirian, apalagi bagi mereka yang baru pertama kali ke Tanah Suci.

Dari Sumbawa Menuju Tanah Suci

Perjalanan jamaah Sumbawa biasanya dimulai dengan keberangkatan menuju Lombok terlebih dahulu. Dari sana, barulah mereka melanjutkan perjalanan dengan penerbangan internasional menuju Jeddah atau Madinah. Meski ada tambahan perjalanan awal, semangat jamaah sama sekali tidak berkurang.

Saya masih ingat, ada seorang ibu yang saya temui di Bandara Lombok. Wajahnya penuh semangat meski ia harus menempuh perjalanan darat dari Sumbawa sebelum sampai ke bandara. Katanya, rasa lelah itu langsung hilang ketika membayangkan bisa melihat Ka’bah dengan mata kepala sendiri. Mendengar ceritanya, saya ikut merasakan getaran haru yang sama.

Dan memang benar, saat pertama kali melangkah ke Masjidil Haram, hati seperti tersentuh sesuatu yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Suara lantunan doa, gemerlap cahaya, dan pandangan pertama ke arah Ka’bah membuat mata berkaca-kaca. Tidak ada pengalaman lain yang bisa menyamai momen itu.

Cerita yang Dibawa Pulang

Umroh selalu meninggalkan kesan yang sulit dilupakan. Bagi jamaah Sumbawa, pengalaman itu bahkan lebih bermakna karena perjalanan dimulai dari tanah sendiri. Ada rasa bangga bisa membawa nama daerah, ada rasa syukur bisa sampai ke Tanah Suci, dan tentu ada kerinduan yang selalu muncul setelah pulang.

Seorang sahabat saya dari Sumbawa pernah berkata, “Umroh itu bikin hati jadi ringan. Pulang ke rumah rasanya seperti terlahir kembali.” Kata-kata itu melekat sekali di benak saya, karena saya pun merasakan hal yang sama.

Tidak jarang, mereka yang sudah berangkat umroh dari Sumbawa, pulang dengan tekad ingin kembali lagi. Ada yang berencana membawa pasangan, anak, bahkan orang tua agar semua merasakan pengalaman spiritual yang sama.

Menjaga Niat dan Persiapan Hati

Umroh bukan hanya soal keberangkatan fisik, tapi juga soal kesiapan hati. Banyak jamaah dari Sumbawa yang menceritakan bagaimana mereka mempersiapkan diri jauh-jauh hari. Ada yang memperbanyak doa, ada yang memperbanyak sedekah, ada juga yang memperbaiki hubungan dengan orang-orang terdekat sebelum berangkat.

Saya pribadi percaya bahwa persiapan hati adalah yang paling penting. Karena ketika sampai di Tanah Suci, semua ibadah terasa lebih bermakna jika hati sudah ikhlas dan tenang.